Kamis, 02 April 2009

forwarding post from mr.romy about computer business

Mengenal Bisnis di Internet

by Romi Satria Wahono

Mas Romi, saya kok jadi bingung dengan banyaknya informasi tentang peluang bisnis di Internet, ada yang bentuknya MLM, arisan online, menjadi publisher iklan, broker penjualan barang, dsb. Yang mana sih yang bisa dipercaya? (Iman, Jakarta)

Bisnis di Internet mana sih yang benar alias tidak menipu? Ini inti pertanyaan mas Iman dan juga mungkin pertanyaan kita semua. Yang pasti MLM dan arisan online berbentuk piramida uang tidak bisa dipercaya. Kalaupun kita mendapatkan untung dari proses itu, ada puluhan, ratusan atau bahkan ribuan orang dibawah root kita yang kita rugikan. Bagaimana dengan bisnis Internet yang lain? Mari kita bahas.

Kita bisa simpulkan bahwa bisnis di Internet sebenarnya terdiri dari dua jenis, yaitu bisnis menjual produk di Internet dan bisnis dengan menjadi publisher iklan di Internet. Keduanya secara lengkap saya kupas di penjelasan berikut ini.

1. BISNIS MENJUAL PRODUK DI INTERNET

Bisnis menjual produk seperti biasa, hanya memanfaatkan Internet untuk memajang produk, mengatur sistem pemesanan dan pembayaran secara online. Biasanya disebut dengan e-commerce. Contoh, Amazon.Com yang menjual buku, cd, software dan berbagai produk di Internet. Contoh di Indonesia adalah Bhinneka.Com, yang menyediakan produk komputer dan periferalnya yang memungkinkan transaksi lewat Internet. Bisnis ini juga bisa dilakukan oleh individual, misalnya seorang programmer yang menjual sendiri aplikasi, template, themes, module, maupun plugin yang dia kembangkan, melalui situs pribadinya. Biasanya sang penjual menggunakan sistem e-commerce seperti zencart dan oscommerce yang selain memiliki fitur katalog produk, juga memungkinkan pembayaran secara online dengan payment gateway seperti paypal, 2checkout.com, dsb. Sekali lagi bahwa produk yang dijual ini bisa berupa, buku, majalah, ebook, software, dokumen, mebel, alat elektronik, komputer, handphone, dsb.

2. BISNIS MENJADI PUBLISHER IKLAN DI INTERNET

Ini adalah jenis bisnis di Internet yang sedang digandrungi banyak orang, dan juga mungkin saya didalamnya ;). Modalnya relatif kecil, karena kita hanya perlu biaya untuk domain, hosting dan situs web. Bahkan bisa kita gunakan layanan web atau blog gratisan dulu untuk memulai bisnis kita dari kecil. Yang paling penting di bisnis ini adalah IDE dalam membangun situs web atau blog beserta kontennya. Situs web atau blog yang kita bangun harus unik, anti kerumunan (belum banyak dikerjakan orang lain), dan harus bisa menarik pengguna internet untuk mengunjunginya. Dengan kata lain, kita harus bisa membuat situs yang memilik traffic tinggi, karena disinilah kekuatan bisnis Internet jenis ini. Semakin tinggi traffic situs kita, semakin tinggi pendapatan yang kita terima karena semakin banyak pemasang iklan yang mau memasang iklan di tempat kita.

Di Amerika, ada Joel Comm, pengarang buku Adsense Secrets yang bisa mendapatkan rata-rata 500 USD perhari atau Ken Calhoun yang bisa mendapatkan 300.000 USD pertahun dengan situsnya DayTradingUniversity.Com. Perlu kita ingat bahwa situs-situs besar semacam Friendster.Com juga hidup dari bisnis menjadi publisher iklan ini. Bagaimana dengan Indonesia? Ada nama-nama besar seperti Cosa Aranda yang kabarnya memiliki penghasilan lebih dari 5000 USD perbulan dari bisnis menjadi publisher iklan di Internet.

Ok apa saja jenis bisnis publisher iklan di Internet ini?

A. PROGRAM AFILIASI

Program dimana pemilik situs web atau blog akan mendapatkan komisi (atau hadiah) apabila terjadi transaksi antara perusahaan pemilik program dengan pembeli produk yang diiklankan oleh pemilik situs atau blog. Amazon.Com memiliki program afiliasi (affiliate program) yang cukup terkenal. Kita tinggal mendaftarkan diri dan memasang iklan produk Amazon.Com di situs web atau blog kita. Kita akan mendapatkan komisi (prosentase komisi tergantung produk) apabila ada orang membeli produk Amazon.Com tersebut melalui situs kita. Beberapa perusahaan lain yang menyediakan program afiliasi adalah:

B. PROGRAM ADVERTISING

Program dimana pemilik situs web atau blog akan mendapatkan uang dengan memasang iklan dari pemilik program. Besar uang yang diterima tergantung dari peraturan yang dibuat oleh pemilik program. Jenis program advertising ini bisa Cost per 1000 Impression (CPM) atau Pay Per Click (PPC). Jadi berbeda dengan program afiliasi, pada program advertising ini uang diterima tidak berdasarkan pada transaksi yang telah dilakukan, tapi berdasarkan impression alias banyaknya iklan ditayangkan (CPM) atau banyaknya klik terhadap iklan (PPC) yang dilakukan oleh pengunjung situs kita.

Contoh perusahaan yang memiliki program CPM adalah fastclick.com dan valueclickmedia.com. Sedangkan yang berbasis PPC adalah Google Adsense, yang saat ini menjadi program advertising favorit bagi pebisnis Internet di dunia. Perusahaan lain yang memiliki layanan program advertising diantaranya adalah sebagai berikut:

Berkembang juga sistem Direct Advertising dimana kita sang pemilik situs web atau blog tidak menggunakan jasa perusahaan periklanan, tapi kita sendiri yang langsung hunting dan mengelola iklan. Detik.com, kompas.com dan sistem layanan iklan banner di portal berita lain adalah salah satu contoh dari Direct Advertising. Direct Advertising juga mulai marak dilakukan secara individual oleh para blogger yang memiliki situs blog bertraffic tinggi. Saya sempat mencoba Direct Advertising untuk situs blog pribadi saya, meskipun akhirnya saya lepas lagi karena saya pikir kok tidak terlalu “elok” memasang iklan di situs blog pribadi. Nggak elok yang saya maksudkan di sini adalah, kurang bersih secara desain dan saya takut independensi blog terganggu dengan iklan produk yang berhubungan dengan opini yang saya tulis. Dengan berkembangnya waktu, mudah-mudahan suatu saat saya bisa menerima kenyataan itu :D Tapi saya tetap menerapkan Direct Advertising di situs lain yang saya bangun.

Perlu dicatat bahwa setiap perusahaan memiliki aturan dan mekanisme sendiri bagi pemasang dan publisher iklan. Kita harus mencermati berbagai aturan yang mereka tuangkan dalam bentuk Term of Service (ToS) sebelum kita mengikuti program suatu perusahaan.

Tertarik untuk ikutan bermain di bisnis Internet ini? Saya akan bahas secara mendetail berbagai bisnis Internet yang saya perkenalkan diatas pada artikel berikutnya. Paling tidak saya mulai dari program bisnis di internet yang sudah saya jalani dan berhasil mendapatkan income. Ikuti terus seri artikel ini.

mahasiswa kita

4 Jenis Mahasiswa, Anda Termasuk Yang Mana?

by romisatriawahono.net

mahasiswajepang.jpgPada saat menjadi mahasiswa baik di program S1, S2 maupun S3 di Jepang, saya mengalami berbagai proses pembelajaran yang kadang bikin geli kalau mengingatnya sekarang. Proses belajar ternyata membuat jenis dan karakter saya berubah-ubah. Kadang saya nggak sadar dengan ketidakmampuan saya, tapi kemudian kenyataan menyadarkan saya bahwa saya tidak mampu, dan akhirnya setelah saya belajar keras saya jadi sadar apa saja kemampuan saya. Di sisi lain agak sedikit berbahaya ketika saya tidak sadar dengan kemampuan saya. Jadi kayak bunglon dong? Hmm lebih tepatnya bunglon darat ;). Terus saat ini anda termasuk jenis mahasiswa yang mana? Mari kita lihat bersama.

1. Mahasiswa Yang Tidak Sadar Akan Ketidakmampuannya (Unconsciously Incompetent)

Tahun 1994, kehidupan saya di Jepang di mulai. Saya beserta 14 orang yang lain sekolah bahasa Jepang di Shinjuku, nama sekolahnya Kokusai Gakuyukai. 1 tahun belajar bahasa Jepang, kita berhasil menghapal sekitar 1000 kanji. Kemampuan bahasa Jepang level 1 menurut Japanese Language Proficiency Test alias Nihongo Noryoku Shiken. Kebetulan karena saya senang nggombalin orang ngomong, percakapan bahasa Jepang saya cukup terasah (pera-pera). Di Kokusai Gakuyukai, kita juga diajari pelajaran dasar untuk Matematika, Fisika dan Kimia. Ini juga nggak masalah. Kurikulum Indonesia yang padat merayap plus rumus-rumus cepat ala bimbel :D, membuat soal-soal jadi relatif mudah dikerjakan. Karena saya newbie di dunia komputer, padahal harus masuk jurusan ilmu komputer, saya beli komputer murah untuk saya oprek. Newbie? yah bener, saya gaptek komputer waktu itu. Saya kerja keras, saya bongkar PC, saya copoti card-cardnya karena pingin tahu, sampe akhirnya rusak hehehe. Terus nyoba mulai install Windows 3.1. Lebih dari 3 bulan, tiap malam saya keloni terus itu komputer, jadi lumayan mahir lah. Tahun 1995, masuk ke Saitama University dengan sangat PD dan semangat membara :). Nah pada tahap ini saya sebenarnya masuk ke jenis mahasiswa yang tidak sadar akan ketidakmampuannya. Dikiranya semua sesuai dengan yang dibayangkan dan diangankan.

2. Mahasiswa Yang Sadar Akan Ketidakmampuannya (Consciously Incompetent)

Masuk kampus, ternyata bekal kanji 1000 huruf nggak cukup. 1000 kanji itu level anak SD atau SMP di Jepang. Saya perlu lebih dari 30 menit untuk membaca 1 halaman buku textbook pelajaran, padahal orang Jepang hanya perlu 2-3 menit :( Kemahiran percakapan juga nggak banyak menolong karena mahasiswa Jepang membentuk grup-grup. Saya satu-satunya mahasiswa asing di Jurusan, nggak kebagian teman, meskipun sudah kerja keras tegur sapa, ngajak kenalan, nanya jam, nanya mata pelajaran, dsb. Matematika, Fisika, dan Kimia sebenarnya mudah, hanya masalahnya karena Kanji terbatas, kadang saya nggak ngerti yang ditanyain apa. Jadi kadang saya kerjasama dengan mahasiswa Jepang disamping saya, dia ngerti apa yang ditanyain, tapi nggak bisa ngerjakan. Sebaliknya saya nggak ngerti yang ditanyain, tapi sebenarnya bisa ngerjain … hehehe. Untuk praktek di lab komputer, ternyata semua pakai terminal Unix (Sun), sama sekali nggak ada mesin yang jalan under (Microsoft) Windows. Yang pasti, harus sering mainin command line di shell, untuk ngedit file hanya bisa pakai emacs, browsing hanya bisa pakai mosaic, laporan harus pakai latex, buat program harus pakai bahasa C atau perl (CGI) untuk yang berbasis web. Kenyataan membuat saya sadar akan ketidakmampuan saya :).

3. Mahasiswa Yang Sadar Akan Kemampuannya (Consciously Competence)

Karena sadar bahwa banyak hal yang ternyata saya belum mampu, yang saya lakukan adalah belajar keras. Saya kurangi tidur, saya perbanyak baca, perbanyak beli buku, beli kamus elektronik, banyak diskusi dengan teman-teman mahasiswa Jepang. Saya mulai banyak bermain-main dengan Linux dan FreeBSD di rumah untuk kompatibilitas dengan tugas kampus. Nyambung internet dengan dialup, mulai belajar mengelola server, mulai membuat program kecil-kecilan dengan bahasa C dan Perl. Banyak kerja part time, mulai dari nyuci piring, interpreter, code tester dan programmer. Saya mulai aktif di dunia kemahasiswaan, baik di dalam kampus maupun di luar kampus, termasuk ikut mengurusi Persatuan Pelajar Indonesia di Jepang sampai pernah terpilih jadi ketua umumnya. Knowledge dan skill di kampus terasah, experience dan manajemen keorganisasian juga terasah. Alhamdulillah saya mulai banyak punya teman Jepang, kadang makan bareng, main bareng atau ngoprek komputer bareng di asrama mereka. Untuk menambah ilmu kadigdayaan (sebenarnya sih untuk keperluan kerja part time ;) ), saya menambah peliharaan komputer di apartemen dengan Apple Macintosh dan beberapa Unix machine.

Tahun pertama dan kedua terlewati dengan baik, nilai lumayan dengan nuansa penuh kegembiraan. Saya berusaha semaksimal mungkin “menjual” kemampuan saya, baik dalam bentuk jasa alias sebagai interpeter, lecturer, programmer, software engineer, maupun dalam kemasan produk software yang saya buat (sistem informasi rumah sakit, sistem informasi periklanan, web application, network management system, dsb). Alhamdulillah saya sudah bisa mandiri dan mendapat banyak pengalaman dan keuntungan finansial mulai tahun ketiga kehidupan saya di Jepang, sehingga akhirnya saya putuskan menikah “dini” supaya lebih tenang, aman dan sehat ;). Nah pada masa ini jenis saya adalah semakin sadar akan kemampuan saya :).

4. Mahasiswa Yang Tidak Sadar Akan Kemampuannya (Unconsciously Competence)

Saya banyak ngejar kredit di tahun 1 dan 2, dengan harapan bisa tobikyu (loncat tingkat), meskipun saya kemudian nggak minat lagi karena ternyata di Jepang kalau kita loncat langsung ke program Master (S2), ijazah S1 nggak diberikan oleh Universitas. Resiko besar kalau saya balik Indonesia tanpa ijazah S1, urusan birokrasi pemerintahan (PNS) akan merepotkan, apalagi kalau nanti nyalon jadi walikota semarang, bisa kena pasal ijazah palsu … hehehe. Akhirnya tingkat 3 kuliah banyak kosong (sudah terambil di tingkat sebelumnya). Part time juga saya lebih selektif, hanya di bidang garapan saya saja, yang bisa kerja remote dan lebih bebas waktunya. Tidak ada lagi tempat untuk kerja kasar nyuci piring atau angkat karung. Saya terpaksa ambil mata kuliah jurusan lain untuk menjaga ritme kampus. Meskipun kadang ditolak professor pengajar, karena saya ambil mata kuliah semacam combustion, teknologi pendidikan, sistem tata kota, dsb yang nggak ada hubungan dengan computer science. Akhirnya karena keasyikan ngambil kredit, nggak sadar kelebihan kredit. Total terambil 170 kredit, padahal syarat lulus S1 hanya 118 kredit :D.

Sehari hampir 18 jam di depan komputer, kecuali tidur sekitar 6 jam, tugas kampus juga saya kerjakan dengan baik. Akhirnya masuklah saya ke masa, “nggak ngerti lagi mau ngapain di Internet” :D. Saya mulai suka iseng dan banyak aktif di dunia underground dengan berbagai nama samaran. Saya kadang membuat program looping tanpa stop untuk mbangunin admin kampus, alias men-downkan server karena overload CPU dan memori. Kadang nge-brute force account teman untuk ambil passwordnya, sehingga bisa baca email-email cintanya ;). Sampai akhirnya saya pernah kena skorsing 3 bulan karena ngecrack account professor-professor di kampus. Nah di masa ini, saya berubah jenis sebagai mahasiswa yang nggak sadar bahwa punya kemampuan untuk berbuat negatif dan merusak kestabilan kampus :).

Di sisi lain, saya banyak mendapatkan knowledge di Universitas, formal language dan automata, software project management, software metrics, requirement engineering, dsb yang pada saat dapat kita mikirnya ini nanti dipakai dimana yah :). Tapi ternyata semua itu bekal yang cukup berguna ketika harus masuk ke dunia industri dan menggarap project-project yang lebih riil. Kondisi seperti ini juga termasuk dalam posisi yang tidak sadar akan kemampuannya :)

Bagaimanapun juga mahasiswa sebaiknya di arahkan untuk menjadi jenis ke-3, yang sadar akan kemampuannya dan menggunakan kemampuannya untuk hal-hal positif. Kalaupun ada mahasiswa yang dengan skillnya terjebak tindakan negatif, pembimbing ataupun dosen juga harus bijak mensikapi. Bagaimanapun juga ini semua adalah proses belajar dan proses pematangan diri. Sebagai tambahan, 4 hal diatas diformulasikan orang dan terkenal dengan nama teori Experiential Learning. Lalu anda termasuk yang mana? Silakan dijawab sendiri.

Yang paling penting, apapun jenis anda, jangan pernah menyerah dan tetap dalam perdjoeangan !



never die spirit...!!!!!







kamu siapa? kenapa kita bisa kenal padahal belum pernah sekalipun kita bertemu...